Social Icons

Pages

Senin, 14 Maret 2011

Tanam Jamur di Atas Kapas(trubus)

Tak ada jerami, kapas dan ampas tebu pun jadi media tanam jamur merang.
Ahmad Munawar, pekebun jamur merang di Karawang, Jawa Barat, kelimpungan. Jerami padi bahan baku media tanam jamur merang makin sulit didapat. Harap mafhum sejak 2 tahun terakhir kondisi iklim tidak menentu. Pantas jika pasokan jerami kering untuk media tanam menjadi tak menentu. Imbasnya kumbung pun terancam kosong.
Sebab itu pula Ahmad melirik media alternatif lain. Kapas - limbah dari industri tekstil yang banyak beroperasi di Bandung - jadi pilihan. Pria kelahiran 14 April 1984 itu juga mendengar pekebun lain ada yang menggunakan kardus untuk media tanam. ‘Tapi khawatirnya bahan kimia pada kardus terserap oleh jamur,’ kata Ahmad.
Menurut Dr I Nyoman Aryantha, dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, kandungan selulosa dalam kapas bermanfaat untuk media tumbuh kembang jamur sebagaimana jerami. Hal senada diamini oleh Dr Iwan Saskiawan, periset di Pusat Penelitian Biologi, LIPI di Cibinong, Bogor, yang menyatakan kapas berguna sebagai media tanam merang.
Tetap untung
Pengalaman Ahmad, 1 kumbung jamur berukuran 8 m x 4 m membutuhkan 300 ikat jerami seharga Rp700/ikat. Jika memanfaatkan kapas butuh 800 - 1.000 kg dengan harga Rp400/kg. Dari hitung-hitungan, kapas lebih mahal yaitu Rp400.000/kumbung; jerami Rp210.000 per kumbung. Namun, ‘Daripada kumbung tidak berproduksi, lebih baik memakai kapas meski lebih mahal,’ tutur Ahmad yang mengusahakan 4 kumbung itu. Kelemahan lain: produktivitas jamur di media kapas lebih rendah, 250 kg per kumbung; media jerami 300 kg/kumbung.
Toh, hasil itu masih menutupi biaya produksi. Menurut Ahmad, biaya produksi per kumbung, termasuk tenaga kerja, mencapai Rp800.000. Dari 250 kg produksi itu 150 kg masuk kualitas 1 dengan harga Rp19.000/kg. Sisanya, kualitas 2 dihargai Rp12.000/kg. Total jenderal pemasukan Rp4-juta dengan laba Rp3,2-juta/kumbung. Bandingkan bila produksi mandek akibat ketiadaan jerami, tidak sepeser pun pendapatan datang dari kumbung.
Berbeda dengan Ahmad menuturkan, kapas unggul dalam masa panen. Sejak awal petik hingga panen terakhir perlu waktu 10 hari, sedangkan jerami 25 hari. Musababnya panas dari kapas dikeluarkan sekaligus sehingga munculnya jamur merata. Berbeda dengan jerami yang bertahap. Walhasil rendahnya produksi dapat dikompensasi oleh singkatnya masa produksi dan perputaran uang lebih cepat. Kelebihan lain sifat kapas yang menyerap air membuatnya lebih hemat penyiraman. Dengan frekuensi penyiraman 4 hari sekali, hanya dibutuhkan 2 tangki masing-masing berukuran 17 liter; jerami 4 tangki.
Ampas tebu
Camin, pekebun di Indramayu, memilih media alternatif ampas tebu. Maklum selain sulit didapat, kualitas jerami belum tentu bagus, misal bekas terkena hama wereng. Menurut Nandang Nurdin SP dari Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Indramayu, padi yang terkena hama mengundang hama kremeki pada merang.
Carmin memang tidak mengganti total media jerami. Untuk kumbung berukuran 7 m x 5 m, ia menggunakan 350 ikat jerami, 35 kg kapur bangunan, 2 kuintal dedak halus, dan 3 kuintal ampas tebu. Ampas tebu banyak mengandung amilum yang baik bagi tumbuh kembang merang. Ampas tebu bisa dipakai hingga 2 kali masa produksi. Hasilnya tokcer, setiap kumbung mampu menghasilkan 375 kg merang.
Carmin pun mencoba memanfaatkan media kombinasi ampas tebu dan kapas dengan perbandingan 1:1. Kapas sebagai penyimpan air sehingga ampuh menjaga kelembapan media. Dengan media kombinasi itu Carmin menuai 1,7 kuintal merang. Jadi, walau kini tak ada jerami, berkat kapas dan ampas tebu pekebun merang tetap bisa bernafas. (Faiz Yajri)
Masa panen jamur merang di media kapas lebih singkat, perputaran uang lebih cepat
Kualitas merang di media kapas tidak kalah dengan budidaya di atas jerami
Ahmad Munawar, siasati kelangkaan jerami dengan kapas
Ampas tebu kaya amilum penunjang pertumbuhan merang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar