Social Icons

Pages

Sabtu, 23 April 2011

Madu Pahit Musuh Penyakit

Ke mana pun pergi Slamet Raharjo Djarot mengenakan syal pada tiga tahun silam. Ia merasa kerongkongan serak dan kering.  Aktor senior peraih Piala Citra itu juga menghadapi masalah lain, yakni sesak napas, mudah lelah, insomnia atau sulit tidur pada malam hari, dan mudah mengantuk pada siang hari. Namun, sejak rutin mengonsumsi madu pelawan ia bagai sekali merengkuh dayung, maka 4 pulau terlampaui, 4 masalah pun teratasi.
Pria 62 tahun itu ajek mengonsumsi sesendok makan madu tiga kali sehari. Sejak itulah kondisi tubuhnya kian membaik. Serak di kerongkongan hilang sehingga mafela atau syal pun ia tanggalkan. Jauh sebelum rutin menikmati madu pelawan, artis kelahiran Serang, Provinsi Banten, 21 Januari 1949 itu penikmat madu (nonpelawan). Namun, madu itu terlampau manis sehingga ia beralih mengonsumsi madu pelawan.
Kini untuk menjaga kebugaran, ia menerapkan pola hidup sehat, antara lain mengurangi konsumsi gula dan daging. Selain rutin mengonsumsi madu pelawan, ia  juga menikmati beragam herbal seperti kunyit. Hasil pencitraan resonansi magnetik (MRI magnetic resonance imaging) pada 25 Februari 2011,  menunjukkan seluruh organ tubuhnya normal dan dalam kondisi bagus.
Antibakteri
Dokter dan herbalis di Jakarta, dr Hafuan Lutfie, mengatakan kerongkongan serak dan kering, serta sesak napas seperti dialami Slamet Rahardjo Djarot dapat terjadi akibat bakteri atau alergi. Serangan bakteri jika tubuh merasa demam; alergi tanpa demam. “Tenggorokan kering dan serak akibat lendir tak mampu keluar dari kelenjar di leher atau kerongkongan,” kata dr Prapti Utami di Bintaro, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Lutfie dan Prapti mengatakan bahwa madu secara umum mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena nutrisi madu paling lengkap. Madu berkadar gula tinggi, 80 - 90%. Yang istimewa kadar gula terbanyak hingga 70% berupa gula sederhana, yakni fruktosa. Jenis gula lain dalam madu adalah glukosa dan sukrosa. Konsumsi gula sederhana menyebabkan tubuh memperoleh energi lebih cepat daripada mengonsumsi karbohidrat kompleks yang terdapat dalam nasi dan roti.
“Madu bersifat seperti antibiotik, tetapi merupakan antibiotik alami yang aman karena tidak menimbulkan efek samping,” kata Hafuan. Dengan kelebihan itu - meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan antibakteri - Hafuan memberikan madu kepada anaknya sendiri meski berusia kurang dari 2 tahun.  “Untuk anak-anak di bawah dua tahun, turunkan konsentrasi, larutkan 1 sendok madu dalam 125 cc air,” kata Hafuan. Selama ini pemberian madu untuk anak-anak masih pro-kontra.
Ahli lebah dari Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Prof Dr Mappatoba Sila, mengatakan madu berkhasiat antibakteri. Sebab, pangan purba itu mengandung hidrogen peroksida yang merupakan hasil samping reaksi oksidasi glukosa. Hasil oksidasi itu adalah asam glukonat. Hidrogen peroksida memicu membran sel bakteri pecah dan mengakibatkan bakteri mati.
Mappatoba mengatakan khasiat antibakteri itu juga karena madu bersifat higroskopis alias menyerap air. Ketika air dalam sel bakteri terserap,  maka tidak ada bakteri mampu bertahan hidup tanpa air dalam selnya. “Inhibitor paling kuat adalah madu,” kata doktor alumnus University of the Philippines Los Banos itu. Mekanisme penyerapan air tampak ketika penyembuhan luka. Penderita yang mengoleskan madu di atas luka menyebabkan proses pengeringan lebih cepat.
Madu juga memiliki tekanan osmosis tinggi. Dampaknya sel bakteri pun kekurangan air sehingga pada akhirnya mati. Tekanan osmosis sekaligus menarik serum darah dari tubuh menuju luka. Itu yang menyebabkan luka cepat sembuh.
Langka
Madu pelawan berasal dari pohon pelawan Tristania sp yang banyak tumbuh di Provinsi Bangka-Belitung. Di provinsi penghasil timah terdapat beberapa spesies pohon anggota famili Myrtaceae itu antara lain pelawan kiring Tristania obovata, pelawan merah T. mainganyi, dan kayu mulu T. sumatrana. Pohon-pohon pelawan tinggi menjulang, 20 - 80 meter. Lebah hutan mengisap nektar bunga pohon kerabat jambu biji itu.
Menurut ahli Biologi di Bogor, Provinsi Jawa Barat, Gregori Garnadi Hambali, lebah hutan sebetulnya mengambil nektar bermacam-macam bunga. Artinya dalam larutan madu, terdapat campuran nektar beragam bunga. Namun, “Lebah punya kecenderungan untuk menyukai nektar bunga tertentu,” kata periset lebah di Pusat Penelitian Hutan, Kuntadi.
Namun, karena nektar pelawan sangat dominan, maka masyarakat menyebutnya madu pelawan. Dosen Analisis Kimia Instrumental di Akademi Kimia Analis, Bogor, Jawa Barat, Noviar Jafar, mengatakan madu pelawan yang pahit karena kandungan alkaloid di dalamnya.
“Alkaloid merupakan bahan obat yang berfungsi sebagai antiinfeksi,” kata Jafar. Oleh karena itu orang yang memiliki sakit berkaitan dengan infeksi, sangat baik mengonsumsi madu pelawan. Sayangnya, setahun terakhir produksi madu pelawan anjlok karena faktor cuaca. “Bunga yang mulai mengelopak atau merekah terkena hujan akhirnya rontok,” kata pengumpul madu pelawan di Bangka, Suhada.
Meski demikian lebah tetap mengejar bunga yang berguguran untuk mengambil nektar, meski tidak sebanyak yang masih di pohon. Suhada mengumpulkan 5 - 6 kg madu pelawan per bulan. Ketika panen raya, volume meningkat hingga 1 - 2 ton per tahun atau rata-rata 80 - 160 kg per bulan. Panen raya berlangsung setiap 4 - 6 tahun sekali. Wajar jika harga madu pelawan relatif mahal, Rp200.000 per kg.
Bandingkan dengan harga rata-rata madu biasa, Rp30.000 per kg. Sebetulnya madu pelawan bukan satu-satunya madu yang pahit. Menurut Mappatoba, madu pulai juga pahit. Masyarakat percaya madu pulai juga menyembuhkan beragam penyakit. Oleh karena itu, pahit jangan segera dimuntahkan karena berkhasiat obat. (Sardi Duryatmo/Peliput: Endah Kurnia Wirawati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar