Social Icons

Pages

Senin, 14 Maret 2011

Seteru Batu Empedu (Trubus)



Sugeng Raharjo berharap langsing sehingga menjalani diet ketat. Impiannya memang tercapai, bobot tubuh melorot 27 kg dalam 4 bulan, tetapi ia juga menuai batu empedu.
Pegiat lembaga swadaya masyarakat, Sugeng Raharjo, memang kerap menghadiri pertemuan dengan para kolega. ‘Artinya jamuan makan semakin sering,’ ujar policy specialist di Flora and Fauna International (FFI) itu. Ia juga terbiasa menyantap gorengan dan makan besar menjelang tidur. Tanpa sadar, Raharjo tengah mengundang obesitas alias kegemukan. Bobot tubuh pria 170 cm itu membubung hingga 89 kg.
Keruan saja ia kurang lincah. Padahal, pekerjaannya menuntut masuk-keluar hutan untuk meneliti harimau. Itu yang mendorong alumnus Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor untuk mengurangi bobot tubuh pada pertengahan 2004. Impian Raharjo adalah mengembalikan bobot tubuh seperti saat kuliah, yakni 65 kg. Ia pun menerapkan diet ketat. Menu berupa sereal setiap pagi dan sore, sedangkan camilan, buah dan sayur. Makan malam? Terhapuskan.
Batu kolesterol
Hanya dalam 4 bulan, bobot Raharjo susut 27 kg. Impian pria 46 tahun itu pun tergapai karena bobot tubuh hanya 62 kg. Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Clara M Kusharto MSc, idealnya penurunan bobot saat diet 2 - 4 kg per bulan setara 8 - 16 kg per 4 bulan.
Sayangnya, penurunan bobot tubuh malah menimbulkan masalah baru. Raharjo lemas dan mudah lelah. Biang keladi itu semua ternyata 2 batu berukuran 1 - 2 cm menggantung di dalam kantong empedu. Batu itu tersingkap ketika Raharjo menjalani ultrasonografi. Kantong empedu berperan menyerap lemak dan beberapa vitamin seperti vitamin A, D, E, dan K. Kemunculan batu empedu karena kelainan kimiawi pada empedu.
Menurut dr Suryo Wibowo MKK SpOG, batu empedu kerap disebut batu kolesterol. ‘Komponen utama batu empedu adalah endapan kolesterol. Sisanya pigmen bilirubin dan garam kalsium yang mengeras,’ kata Suryo. Batu kolesterol itu terbentuk karena kebiasaan Raharjo menyantap makanan berlemak.
Batu itu dapat menghambat aliran empedu sehingga menimbulkan rasa sakit di sebelah kanan atas perut dan punggung. Jika kondisi parah, batu empedu menimbulkan radang atau kolestitis akut. Selain itu, pecahan batu dapat menyangkut di hati dan saluran empedu. Akibatnya aliran empedu ke dalam saluran pencernaan tersendat. Oleh karena itu, Raharjo menuruti saran dokter untuk menjalani operasi. Ia telah menandatangani surat pernyataan operasi pengeluaran batu empedu pada pertengahan 2004.
Jeruk lemon & garam
Sepekan sebelum operasi, Raharjo iseng-iseng berselancar di dunia maya. Ketika itulah ia menemukan terapi batu empedu dengan lemon. ‘Isinya menyebutkan lemon dapat meluruhkan batu empedu. Untuk membuatnya pun mudah,’ kata Raharjo. Oleh karena itu ia pun membatalkan operasi dan mulai menjalani terapi lemon. Mula-mula Raharjo memeras 4 buah lemon Citrus limon dan menambahkan 10 buah jeruk lain yang masam. Selain itu ia juga menambahkan 125 ml minyak zaitun.
Ia mengaduk semua bahan sampai rata, tanpa tambahan air matang, dan meminumnya pada malam hari. ‘Minyak zaitun berfungsi menyelimuti batu empedu sehingga licin saat buang air besar,’ kata Raharjo. Frekuensi konsumsi hanya 2 kali sepekan, pada pukul 22.00. Selain itu ia juga mengonsumsi larutan garam inggris terpisah dari lemon. Ia melarutkan 1 sendok teh garam inggris ke dalam 125 ml air putih. Konsumsi 2 kali pada pukul 06.00 dan 20.00 dengan frekuensi 2 kali sepekan atau total 4 kali dalam 7 hari.
Menurut Raharjo rasa garam inggris getir. Untuk mengatasinya, ia segera berkumur-kumur dengan air perasan jeruk. Garam inggris memicu buang air besar. ‘Biasanya kurang dari 2 jam akan buang air besar. Namun sebelum itu sebaiknya tidak makan dan minum,’ kata Raharjo. Bila tak kunjung buang air besar, minumlah jus buah. Konsumsi jus buah membuat perut siap menerima makanan berat.
Usai mengonsumsi garam inggris pada malam hari, hindari aktivitas berat seperti olahraga. Lakukan aktivitas ringan karena garam inggris bekerja merelaksasi organ pencernaan dan pembulu darah. Saat tidur terlentang akan terasa sesuatu mengalir dari liver (hati) menuju lambung. Saat itulah terjadi reaksi empedu meluruhkan kolesterol. Terapi lemon-garam inggris terbukti manjur. ‘Kedua batu empedu sebesar 2 cm keluar melalui BAB setelah 5 kali mengonsumsi lemon dan garam inggris,’ kata Raharjo.
D-limonene
Periset di University of Nebraska, Amerika Serikat, Jidong Sun PhD, pada 2007 membuktikan keampuhan lemon mengatasi batu kolesterol. Menurut Jidong buah-buahan yang mengandung minyak sitrus seperti jeruk, jeruk nipis, lemon, dan anggur kaya senyawa D-limonene. Golongan senyawa terpena (golongan hidrokarbon) itu berperan melarutkan kolesterol.
Jidong melakukan uji sederhana melibatkan 200 pasien dengan memberikan 20 ml D-limonene per 2 hari. Batu empedu berukuran 0,5 - 1,5 cm luruh pada 141 pasien (sekitar 97%). Dari jumlah itu 96 kasus (48%) sembuh 100% luruh, luruh sebagian 29 kasus (14,5%), dan 16 kasus (8%) luruh ditambah pemberian hexametafosfat (HMP). Batu empedu luruh setelah mereka rutin mengonsumsi D-limonene dalam waktu 3 - 16 pekan.
Terapi lemon juga terbukti efektif bagi penderita kolesterol tanpa mengidap batu empedu seperti pengalaman Makmur Faudi, di Bogor, Jawa Barat. Semula kadar kolesterol dalam darah Fuadi di atas 200 mg/dl sehingga kerap merasa nyeri di leher. ‘Setelah 3 kali terapi, kolesterol keluar berbentuk seperti kulit ayam dan granula,’ kata Fuadi. Bagaimana peran garam inggris?
Garam inggris atau epsom salt merupakan magnesium sulfat. Riset Dr Chung-Jyi Tsai dan rekan dalam American Journal of Gastroenterology (2008) membuktikan kecukupan magnesium menurunkan kolesterol, trigliserida, dan low density lipoprotein (LDL) - kolesterol jahat. Magnesium meningkatkan high density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik. Akibat kecukupan magnesium, terbentuknya batu empedu pun tercegah. Jeruk lemon dan garam inggris terbukti sebagai seteru alias musuh batu empedu. (Lastioro Anmi Tambunan)
Sugeng Raharjo batal operasi pengangkatan batu empedu setelah mencoba terapi lemon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar