Social Icons

Pages

Rabu, 04 Mei 2011

Mengusir Rapuh dari Tulang

Cara mudah, murah, dan aman untuk menghindari osteoporosis memang berjalan kaki. Menurut dokter spesialis bedah Orthopaedi dan Traumatologi di Kudus, Jawa Tengah, dr A Artanto Dibyosubroto SpOT, FICS, osteoporosis adalah suatu keadaan pada tulang manusia yang mengalami penyusutan massa kalsium. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Artanto mengungkapkan osteoporosis kebanyakan terjadi pada usia lanjut karena semakin berkurangnya hormon estrogen.

‘Pada wanita hormon ini berkurang ketika memasuki masa menopause karena rahim tempat produksi estrogen terbanyak sudah tidak dapat berproduksi lagi,’ kata Artanto. Cara terbaik mengatasi osteoporosis adalah bergerak. Saat bergerak tulang akan mengikat kalsium lebih banyak daripada yang jarang bergerak. Penderita osteoporosis juga bisa terjadi pada orang yang mengalami malnutrisi berupa kekurangan kalsium.

Angkat rahim

Selain berjalan kaki, konsumsi rutin nigari atau sari air laut terbukti mencegah osteoporosis. Nigari (dalam bahasa Jepang berarti pahit, mengacu pada rasanya) adalah air sisa kristalisasi dari pembuatan garam yang kaya beragam mineral seperti magnesium dan kalsium. Itu hasil riset ilmiah peneliti di Balai Besar Industri Agro (BBIA), Bogor, Jawa Barat, Ir Agus Sudibyo, MP dan dosen Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Dr drh Umi Cahyaningsih MS .

Setiap pembuatan 1 ton garam memerlukan 50 m3 air dan menyisakan air 3,8% atau 1,9 m3. Air sisa itu ternyata masih banyak mengandung garam-garam mineral seperti kalsium sebanyak 103,15 mg/l dan magnesium 51,535 mg/l yang berguna bagi kesehatan. Sebagai perbandingan susu sapi mengandung kalsium 115 mg/l dan magnesium 103 mg/l.

Itulah sebabnya Sudibyo tergerak meriset nigari pada Maret - November 2009. Ia menggunakan sari air laut dari PT Garam, Jawa Timur. Dalam uji praklinis itu, Dr drh Umi Cahyaningsih MS, membagi tikus menjadi 5 kelompok masing-masing terdiri atas 8 ekor betina. Umi melakukan ovarektomi - mengambil ovarium tikus melalui pembedahan untuk memicu osteoporosis - pada 4 grup satwa pengerat itu. Satu kelompok tanpa ovarektomi sebagai pembanding.

Menurut ahli Imunologi alumnus University of Okayama, Jepang itu pengangkatan rahim menyebabkan tikus menopause dini. Biasanya 35 hari pascaovarektomi terjadi osteoporosis. Setelah osteoporosis menyerang, Umi memberikan sari air laut secara oral pada 3 kelompok pertama. Frekuensi pemberian sekali sehari selama 45 hari. Dua grup lain, tanpa pemberian sari air laut sebagai kelompok kontrol negatif dan positif. Dosis sari air laut berbeda masing-masing 0,6 ml, 1,2 ml, 2,4 ml per ekor setiap hari.

Tulang kuat

Pada hari ke-45 setelah perlakuan, Umi Cahyaningsih mengambil tibia tikus atau tulang betis pada kelompok yang ia beri sari air laut. Perempuan 53 tahun itu lantas memotong melintang tibia untuk melihat penampang trabekula pada tulang tikus.

Menurut Umi trabekula terlihat besar dan tidak patah-patah. Trabekula merupakan jaringan konektif padat, kaya kolagen, dan elastis. Hal itu menunjukkan tidak terjadinya osteoporosis. Hasil maksimal tampak pada kelompok tikus yang mengonsumsi 2,4 ml sari air laut per hari.

Namun, menurut peneliti Balai Besar Industri Agro, Irma Susanti STP, MSi, tidak semua sari air laut layak konsumsi. ‘Berdasarkan penelitian kami, ada beberapa pabrik garam yang air bittern (sari air laut, red) memiliki cemaran mikroba melebihi batas normal,’ kata alumnus Jurusan Kimia Universitas Indonesia itu. Oleh karena itu perlu sterilisasi sari air laut sebelum digunakan. Peneliti nigari dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Timur, Dr Nelson Sembiring, mengatakan sterilisasi sari laut dapat menggunakan auto clearing cristalizer. Peranti itu mampu menyaring dan memisahkan garam natrium (NaCl)dari sari air laut. Hasilnya, konsumsi sari air laut aman bagi manusia dengan takaran 5 - 7 tetes untuk 1 gelas air minum seperti kopi, teh, atau air putih.

Mengonsumsi sari air laut terbukti aman sebagaimana hasil riset Dra Rakhmawati MSi. Lethal dosage, (dosis mematikan) sari air laut mencapai 21 g sehingga relatif nontoksik. Konsumsi sari air laut dalam jangka panjang juga aman. ‘Air nigari tak berbahaya karena tak mengendap dalam darah, tapi dibuang melalui urine dan keringat,’ ujar Nelson, doktor alumnus Kyoto University itu.

Konsumsi sari air laut sama saja ‘menabung’ tulang untuk hari esok agar tulang kuat tanpa keropos. Apalagi jika kita juga rajin bergerak atau melangkah minimal 10.000 langkah setiap hari. Kini minum nigari, tulang kuat nanti. (Endah Kurnia Wirawati)



Nigari didapat dari sisa kristalisasi dalam pembuatan garam

Penggunaan air bittern belum optimal karena masih sering terbuang percuma

Dr drh Umi Cahyaningsih MS, melakukan uji in-vivo air bittern untuk melawan osteoporosis

Pascapemberian nigari, tulang tikus lebih padat, kaya kolagen, dan elastis

Sebelum pemberian air bittern

Setelah pemberian air bittern

Proses panen air pahit



Mineral Nigari (per 100 ml)

No


Parameter


Kadar(mg/L)

1


pH


7,008

2


Magnesium


51.535

3


Natrium


46.170

4


Kalium


14.490

5


Kalsium


103,15

6


Klor


69,4

7


Sulfat


<0,591

8


Fosfat


0,04

9


Besi


<0,027

10


Mangan


0,29

11


Tembaga


0,063

12


Boron


87,28

13


Kobalt


0,008

14


Krom


0,018

15


Nikel


0,006

16


Cadmium


0,083

17


Timah


<0,0003

18


Timbal


0,297

19


Merkuri


<0,0004

20


Astatin


0,014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar